Halaman
181
Pola Keruangan Desa dan Kota
Akhirnya, saya mampu menafsirkan
pola keruangan desa dan kota serta
dampak perkembangan wilayah desa
dan kota. Dengan demikian, saya bisa
mengetahui permasalahan yang ada
di desa dan kota, serta berusaha
mengatasi permasalahan tersebut.
Pola keruangan desa dan kota
memiliki karakteristik yang berbeda.
Interaksi wilayah desa dan kota
memengaruhi perkembangan dan
perubahan pada kedua wilayah
tersebut. Untuk itu, saya ingin
mempelajari pola keruangan desa-
kota dan perkembangannya.
Saya akan mengidentifikasi potensi
desa dan kaitannya dengan per-
kembangan desa-kota.
Saya akan membedakan struktur
desa dan kota serta mencari
informasi mengenai teori-teori
struktur kota.
Saya akan mengidentifikasi faktor-
faktor yang memengaruhi interaksi
desa-kota serta menganalisis
dampak yang ditimbulkannya.
182
GEOGRAFI Kelas XII
Kenampakan wilayah perdesaan dan perkotaan ditunjukkan pada gambar di atas. Di
wilayah perdesaan masih banyak dijumpai lahan pertanian yang luas, pekarangan
dengan banyak pohon, dan rumah-rumah yang berjauhan. Sedang di wilayah perkotaan
rumah dan bangunan tampak rapat, pepohonan jarang, serta kepadatan dan kesibukan
penduduk tinggi. Seiring dengan peningkatan pembangunan negara, wilayah perdesaan
mengalami perubahan. Mengapa terjadi perubahan? Interaksi desa-kota telah memberi
pengaruh di wilayah perdesaan . Wilayah perdesaan merupakan daerah dukung
(
hinterland
) bagi wilayah perkotaan. Dari wilayah ini banyak bahan pangan seperti
padi, jagung, kacang, buah-buahan, dan hewan dikirim ke kota. Sebaliknya, teknologi
dan informasi dari wilayah perkotaan dengan cepat diterima dan diterapkan di desa.
Desa dan kota adalah dua wilayah yang memiliki pola keruangan berbeda. Keduanya
berinteraksi erat dan saling mendukung. Apakah potensi yang dimiliki desa? Bagaimana
perbedaan struktur ruang desa dan kota serta interaksinya? Untuk mengetahuinya,
ikuti pemaparan berikut ini.
Sumber:
www.medinavalleycenter.org.uk
Bentang lahan di perdesaan dan perkotaan.
183
Pola Keruangan Desa dan Kota
Desa dan kota merupakan wilayah yang memiliki struktur berbeda yang
ditunjukkan oleh pola keruangannya. Ada berbagai tipe desa dan kota yang
diklasifikasikan berdasarkan kriteria tertentu. Desa memiliki potensi fisik
dan nonfisik. Potensi fisik meliputi lahan, air, iklim, flora, dan fauna.
Sedangkan potensi nonfisik antara lain penduduk desa, lembaga dan
organisasi sosial, serta aparat atau pamong desa. Hubungan atau interaksi
desa-kota merupakan hubungan saling memengaruhi dan melengkapi dua
wilayah. Akibat interaksi tersebut dapat menimbulkan dampak positif dan
negatif bagi daerah perdesaan maupun daerah perkotaan.
Sebelum mempelajari bab ini pasti kamu sudah mempunyai
gambaran tentang desa dan kota. Bagaimana suasana yang ada di desa
sangat berbeda dengan suasana yang ada di kota. Nah, materi berikut
akan mengajakmu mempelajari keduanya lebih dalam.
A. Desa
Apa yang terlintas dalam pikiranmu jika mendengar tentang desa? Di
antara kamu mungkin akan teringat dengan kerukunan hidup,
penduduknya toleransi dan semangat gotong royong yang tinggi,
hamparan lahan pertanian yang hijau, aliran air sungai yang jernih,
serta kehidupannya yang tenang dan damai. Namun, desa juga identik
dengan jalan-jalan becek belum diperkeras, letak terpencil jauh dari
keramaian kota, sarana transportasi masih tradisional, dan lalu lintas
jarang. Pandangan ini tidaklah semuanya benar atau salah, lebih-lebih
untuk keadaan masa kini. Perkembangan di bidang transportasi dan
komunikasi telah mengubah pandangan orang tentang desa. Angkutan
perdesaan mobil dan sarana komunikasi telepon rumah serta telepon
genggam (
handphone
) sudah biasa digunakan oleh penduduk desa.
1. Pengertian Desa
Desa menurut asal katanya berasal dari bahasa Sanskerta ”dhesi”,
yang berarti tanah kelahiran. Jadi, desa tidak hanya dilihat kenampakan
sebutan desa fisiknya saja tetapi juga dimensi sosial budayanya. Desa
yang berarti tanah kelahiran selain menunjukkan tempat atau daerah
juga menggambarkan kehidupan sosial budaya dan kegiatan
penduduknya. Sebutan desa di beberapa wilayah berbeda-beda,
kampung/dukuh (Jawa Barat), gampong (Aceh), huta (Tapanuli), nagari
(Sumatra Barat), marga (Sumatra Selatan), wanus (Sulawesi Utara),
dan dusun dati (Maluku).
Pengertian desa menurut para ahli kependudukan dan undang-
undang sebagai berikut.
a. Desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografi, sosial,
ekonomi, politik, serta kultural yang terdapat di suatu daerah
dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan
daerah lain. (
Bintarto
)
b. Desa adalah suatu kesatuan hukum tempat tinggal suatu
masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri.
(
Sutardjo Kartohadikusumo
)
desa, kota, klasifikasi desa,
struktur dan kota, pola
keruangan, potensi fisik,
potensi nonfisik, interaksi,
dampak
Jika wilayah tempat tinggalmu
dikategorikan sebagai desa,
cobalah cocokkan kondisi
yang ada dengan beberapa
pengertian desa!
184
GEOGRAFI Kelas XII
c. Desa merupakan keseluruhan organisasi kehidupan sosial di dalam
daerah terbatas. (
William Ogburn dan M.F. Nimkoff
)
d. Desa merupakan kumpulan tempat tinggal dan kumpulan daerah
pertanian dengan batas-batas tertentu yang luasnya antara 50
sampai 1.000 are. (
S.D. Misra
)
e. Desa sebagai suatu wilayah yang penduduknya kurang dari 2.500
jiwa dengan ciri-ciri sebagai berikut.
1) mempunyai pergaulan hidup yang saling mengenal,
2) adanya ikatan perasaan yang sama tentang kebiasaan, serta
3) cara berusaha bersifat agraris dan sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor alam, seperti iklim, topografi, serta sumber daya
alam. (
Paul H. Landis
)
f.
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan asal usul serta adat istiadat
setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan
berada di daerah kabupaten. (Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1999, bab I, pasal 1).
2. Klasifikasi Desa
Suatu desa antara yang satu dengan yang lain memiliki karakteristik
yang berbeda-beda. Ada desa yang maju, tetapi ada pula desa yang
masih sangat tertinggal. Mengapa hal itu dapat terjadi? Masuk kategori
manakah desa tempat tinggalmu? Berikut ini adalah klasifikasi desa
berdasarkan mata pencaharian dan perkembangan masyarakat.
a. Berdasarkan Mata Pencaharian
Aktivitas penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, terkait
dengan mata pencaharian penduduk tersebut. Hal ini
mencerminkan aktivitas yang dominan pada desa tersebut. Suatu
desa yang sebagian besar penduduknya memiliki mata
pencaharian sebagai nelayan, maka desa itu disebut sebagai desa
nelayan. Bagaimanakah jika sebagian besar penduduknya memiliki
mata pencaharian di bidang pertanian, perindustrian, kerajinan,
peternakan, atau di bidang lainnya? Tentunya kamu dapat
mengidentifikasikan desa-desa tersebut.
b. Berdasarkan Perkembangan Masyarakat
Kamu tentunya sudah pernah mendengar mengenai desa
tradisional, swadaya, swakarya, dan swasembada. Desa-desa
tersebut merupakan perkembangan desa dari yang masih sangat
tradisional sampai desa yang sudah maju. Desa tertinggal
merupakan desa yang masih sangat bergantung pada alam untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Desa seperti ini merupakan desa
yang sangat terisolasi dan ada di wilayah pedalaman berupa suku-
suku terasing. Contohnya: suku Kubu.
Desa swadaya dicirikan dengan kehidupan penduduknya yang
sudah mulai menetap dan masih memiliki ikatan yang kuat
terhadap adat istiadat. Pada desa ini sebagian besar penduduknya
berpendidikan rendah dan mata pencahariannya sebagai petani
yang hasilnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
Cobalah kamu cari persamaan
dan perbedaan mengenai
pengertian desa berdasarkan
pendapat para ahli kepen-
dudukan dan undang-undang!
185
Pola Keruangan Desa dan Kota
Desa seperti itu biasanya terdapat di daerah
pegunungan atau perbukitan. Sedangkan desa yang
lebih maju adalah desa swakarya. Pada desa ini
masyarakatnya dalam masa transisi dan pengaruh dari
luar mulai masuk. Mata pencaharian penduduknya
mulai bervariasi dan roda pemerintah sudah mulai
berkembang baik. Bantuan dari pemerintah merupakan
perangsang untuk pembangunan di desa.
Desa yang kondisinya lebih maju adalah desa
swasembada. Masyarakat pada desa ini memiliki mata
pencaharian yang beraneka ragam di bidang per-
dagangan dan jasa, serta memiliki tingkat pendidikan
yang tinggi sehingga pola pikirnya lebih maju. Pada umumnya
masyarakatnya sudah mulai lepas dari adat istiadat karena
pengaruh dari luar, terutama penggunaan teknologi modern oleh
masyarakat. Selain itu, desa swasembada merupakan desa yang
terbuka sehingga interaksi dengan daerah lain atau kota-kota di
sekitarnya berjalan lancar.
Perkembangan suatu desa untuk menjadi desa yang maju
memerlukan waktu dan proses yang lama. Kemajuan suatu desa salah
satunya dipengaruhi oleh potensi yang ada di desa tersebut.
3.
Potensi Desa dan Kaitannya dengan
Perkembangan Desa-Kota
Secara umum, desa merupakan permukiman penduduk
yang terletak di luar kota dan mata pencaharian sebagian
besar penduduknya di bidang agraris. Kebanyakan orang
sering menyebutnya dengan kampung.
Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2000,
persentase penduduk Indonesia di perkotaan adalah 42,0%.
Ini berarti, persentase penduduk yang tinggal di perdesaan
masih lebih tinggi, yaitu 58% dari jumlah penduduk
Indonesia. Kebanyakan penduduk perdesaan bekerja di
bidang pertanian, sehingga dapat dikatakan bahwa desa-
desa di Indonesia pada umumnya berfungsi sebagai desa
agraris. Mengapa bidang pertanian menjadi andalan mata
pencaharian penduduk di desa? Bagaimana menurutmu?
Menurut Bintarto, desa memiliki tiga unsur utama yang meliputi
daerah, penduduk, dan tata kehidupan.
a. Daerah (Wilayah)
Daerah yang dimaksud berupa lahan yang produktif maupun yang
tidak produktif, termasuk penggunaan tanah, letak, luas, dan batas
lahan di lingkungan setempat. Unsur daerah meliputi lahan di
desa, misalnya lahan pekarangan, persawahan, tegalan, dan
permukiman.
b. Penduduk
Unsur desa ini meliputi jumlah, pertambahan, kepadatan,
persebaran, dan mata pencaharian penduduk desa setempat.
Unsur ini terkait dengan kualitas dan kuantitas penduduk desa.
Berdasarkan perkembangan
masyarakat desa, termasuk
kategori yang manakah
wilayah tempat tinggalmu?
Sumber:
agribisnis.tripod.com
Gambar 6.2
Pertanian menjadi kegiatan utama desa.
Sumber:
Earth Our Home, halaman 150
Gambar 6.1
Desa terpencil di pegunungan.
Jika wilayahmu termasuk
kategori desa, amatilah
apakah sektor pertanian
masih menjadi andalannya!
186
GEOGRAFI Kelas XII
Di desa sering terdapat peng-
angguran tidak kentara
(
disguished unemployment
).
Apa yang dimaksud pengang-
guran tidak kentara? Usaha
apa yang perlu dilakukan
untuk mengatasinya?
Sumber:
Manusia dan Lingkungan 2, halaman 67
Gambar 6.4
Hasil panen dari desa.
c. Tata Kehidupan
Tata kehidupan desa berupa pola tata pergaulan dan ikatan-ikatan
pergaulan penduduk desa. Tata pergaulan berkaitan dengan seluk-
beluk kehidupan masyarakat desa (
rural society
). Tata kehidupan
ini erat kaitannya dengan usaha penduduk desa dalam
mempertahankan hidup dan meningkatkan kesejahteraan.
Ketiga unsur tersebut merupakan satu kesatuan hidup (
living unit
).
Kemajuan desa dipengaruhi oleh unsur-unsur tersebut terutama yang
berkaitan dengan faktor usaha manusia (
human efforts
) dan tata
geografi (
geographical setting
).
Kemajuan dan kemakmuran desa ditentukan oleh usaha penduduk
desa selain tata geografinya. Desa yang memiliki banyak sumber daya
alam tetapi penduduknya tidak cukup mempunyai keterampilan,
pengetahuan, dan semangat membangun mengakibatkan desa kurang
maju. Sebaliknya, meskipun desa memiliki sumber daya alam terbatas
tetapi penduduknya terampil, berpengetahuan, dan bersemangat
dalam membangun desa sehingga mampu mengatasi hambatan alam
dan geografis wilayah maka desa akan cepat maju.
Letak suatu desa pada umumnya jauh dari pusat
keramaian. Desa yang terletak di perbatasan kota
mempunyai kemungkinan lebih berkembang dibanding
desa-desa di pedalaman. Unsur letak menentukan besar
kecilnya isolasi suatu desa terhadap desa lain. Desa yang
terletak jauh dari kota memiliki lahan yang luas.
Penggunaan lahan lebih banyak untuk pertanian tanaman
pokok dan tanaman perdagangan daripada untuk gedung-
gedung atau perumahan.
Desa memiliki fungsi penting bagi perkembangan
daerah sekitarnya. Fungsi desa sebagai berikut.
a. Dalam interaksi desa-kota, desa berfungsi sebagai
daerah dukung (
hinterland
) atau daerah penyuplai
bahan makanan pokok, seperti padi, jagung, ketela, kacang, kedelai,
buah-buahan, sayur-sayuran, dan daging hewan.
b. Desa berfungsi sebagai lumbung bahan mentah (
raw material
) dan
tenaga kerja (
man power
) ditinjau dari sisi potensi ekonomi.
c. Dari sisi kegiatan kerja (
occupation
), desa dapat
berfungsi sebagai desa agraris, desa manufaktur, desa
industri, dan desa nelayan.
Kebanyakan desa di Pulau Jawa berfungsi sebagai desa
agraris. Meskipun demikian, beberapa desa sudah
menunjukkan perkembangan baru, yaitu munculnya
industri-industri kecil yang disebut industri perdesaan
(
rural industries
).
Desa mempunyai peran pokok di bidang ekonomi
karena menjadi daerah produksi pangan dan komoditas
ekspor. Peran penting desa dalam produksi pangan
berpengaruh terhadap ketahanan pangan nasional. Selain
itu, peningkatan jumlah dan kualitas komoditas, seperti
kelapa, kelapa sawit, lada, kopi, cengkih, teh, dan karet juga penting
untuk meningkatkan ekspor dan devisa negara. Penduduk desa nelayan
Sumber:
www.solok.go.id
Gambar 6.3
Letak desa terhadap kota memengaruhi
perkembangannya.
187
Pola Keruangan Desa dan Kota
banyak menghasilkan bahan pangan protein tinggi, seperti ikan dan
udang. Mereka memenuhi kebutuhan ikan dan udang dalam negeri
serta untuk komoditas ekspor.
Peranan desa dalam pembangunan wilayah sangat penting karena
banyak potensi yang dimilikinya. Pengembangan desa perlu
mempertimbangkan potensi desa. Desa memiliki potensi fisik dan
nonfisik. Apakah potensi fisik dan nonfisik yang dimiliki desa? Potensi
fisik antara lain berupa lahan, air, iklim, flora, dan fauna.
a. Lahan
Lahan tidak hanya sebagai tempat tumbuh tanaman,
tetapi juga sebagai sumber bahan tambang dan mineral.
Lahan memiliki jenis tanah yang menjadi media bagi
tumbuhnya tanaman tertentu. Misalnya, jenis tanah
aluvial cocok bagi tanaman padi, jagung, dan kacang,
jenis tanah berkapur cocok bagi tanaman jati dan tebu.
Pada lahan juga dimungkinkan terjadi eksploitasi bahan
tambang seperti batu bara, batu kapur, pasir kuarsa,
batu marmer, dan sebagainya.
b. Air
Pada umumnya desa memiliki potensi air yang bersih dan
melimpah. Dari dalam tanah, air diperoleh melalui penimbaan,
pemompaan, atau mata air. Air digunakan penduduk desa untuk
keperluan minum, irigasi, mencuci, memasak, dan keperluan lain.
Secara kuantitas dan kualitas, air di perdesaan dapat diandalkan
untuk memenuhi kebutuhan air penduduknya.
c. Iklim
Iklim memegang peranan penting bagi pertanian desa. Iklim
dipengaruhi oleh ketinggian tempat. Pada ketinggian tertentu,
suatu desa menjadi maju karena kecocokan iklimnya bagi
pengembangan tanaman dan pemanfaatan tertentu. Seperti per-
kebunan buah, tempat rekreasi, dan tempat peristirahatan.
d. Flora dan Fauna
Di desa masih banyak lahan yang dapat dikembangkan untuk
usaha di bidang pertanian. Berbagai jenis tanaman pangan dan
hewan ternak banyak dibudidayakan di daerah perdesaan. Hal
itu merupakan upaya pemenuhan kebutuhan pangan di daerah
perdesaan maupun di perkotaan.
Selain potensi fisik, desa juga memiliki potensi nonfisik. Potensi
nonfisik desa antara lain sebagai berikut.
a. Penduduk Desa
Masyarakat desa merupakan kelompok sosial dengan hubungan
yang erat dengan solidaritas tinggi. Hal itu merupakan kekuatan
dalam membangun wilayah perdesaan .
b. Lembaga dan Organisasi Sosial
Lembaga atau organisasi sosial merupakan suatu badan
perkumpulan yang membantu masyarakat desa dalam kehidupan
sehari-hari. Contohnya: Koperasi Unit Desa (KUD), Balai Kesehatan
Ibu dan Anak (BKIA), dan lain sebagainya.
Sumber:
Manusia dan Lingkungan 2, halaman 6
Gambar 6.5
Lahan persawahan
188
GEOGRAFI Kelas XII
c. Aparatur dan Pamong Desa
Aparat desa bertugas menjaga kelancaran administrasi desa dan
menggerakkan sumber daya manusia di desa. Contoh: kepala desa,
kepala dusun, kepala adat, dan lain-lain.
Potensi yang dimiliki oleh setiap desa sesungguhnya berbeda.
Mengapa demikian? Karena ada perbedaan lingkungan geografis dan
keadaan penduduknya. Selain itu, luas lahan, jenis tanah, dan tingkat
kesuburan juga tidak sama. Sumber air dan tata air yang berlainan
menyebabkan corak kehidupannya juga berbeda.
Keadaan dan tata kehidupan penduduk desa memengaruhi
karakteristik dan tingkat kemajuan desa. Sebutan desa tradisional, desa
swadaya, desa swakarya (sedang berkembang), dan desa swasembada
(maju) menunjukkan tingkat kemajuan desa. Faktor apakah yang
menentukan kemajuan desa? Faktor-faktor yang menentukan kemajuan
desa sebagai berikut.
a. Potensi Desa
Potensi desa mencakup sumber daya alam dan sumber daya
manusia. Penduduk desa dan pamong (aparatur) desa merupakan
sumber daya manusia yang sangat menentukan kemajuan desa.
b. Interaksi dengan Daerah Lain
Interaksi dapat terjadi antara desa dengan desa, serta
desa dengan kota. Perkembangan komunikasi dan
transportasi memudahkan interaksi desa dengan daerah
lain sehingga desa semakin maju.
c. Lokasi Desa
Lokasi desa berkaitan dengan letak desa terhadap
daerah di sekitarnya. Desa akan lebih berkembang
apabila lokasinya berdekatan dengan daerah yang lebih
maju.
Pada waktu lalu, orang beranggapan bahwa modernisasi
hanya berlaku di daerah kota. Anggapan itu tentu saja tidak
benar, pembangunan sarana dan prasarana transportasi dan
komunikasi menyebabkan perdesaan semakin maju. Pembangunan
jalan dan jumlah kendaraan bermotor yang semakin banyak di
perdesaan telah meningkatkan interaksi desa kota.
Perkembangan jaringan telepon serta jangkauan siaran radio dan
televisi di desa telah meningkatkan komunikasi antara penduduk desa
dan penduduk kota. Penggunaan kompor gas dan mesin cuci banyak
membantu para ibu di desa untuk menyelesaikan pekerjaan rumah
tangga. Dengan demikian, terjadi perubahan kehidupan penduduk
desa akibat pengaruh modernisasi.
Apakah modernisasi desa menjadi tujuan dari pembangunan desa?
Untuk menjawabnya, ada baiknya kamu perlu mengetahui tujuan
pembangunan desa sebagai berikut.
a. Menempatkan penduduk desa dalam kedudukan yang sama
dengan penduduk kota. Artinya, tidak ada perbedaan status antara
penduduk desa dengan penduduk kota.
b. Mengusahakan peningkatan kehidupan penduduk desa yang
sejahtera atas dasar keadilan dan rasional.
c. Meningkatkan kreativitas penduduk desa dalam menghadapi
masalah dan kesulitan hidup.
Sebutkan dan jelaskan bebe-
rapa contoh pengaruh positif
dan negatif modernisasi bagi
desa!
Sumber:
www.transuksumsel.go.id
Gambar 6.6
Transportasi memudahkan interaksi desa
dengan daerah lain.
189
Pola Keruangan Desa dan Kota
Gambar di atas menunjukkan foto keadaan suatu daerah di Pulau
Siberut, Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat dalam rentang waktu yang
berbeda. Foto diambil pada tahun 1855, awal abad XX, dan tahun 1980.
Dalam rentang waktu tersebut tidak banyak perubahan yang terjadi.
Masyarakat Siberut melakukan kegiatan bercocok tanam umbi-umbian
dan sayur-sayuran, beternak ayam dan babi, serta berburu dan menangkap
ikan untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Teknologi pembuatan kain
dengan tenun dan pengolahan logam belum dikenal oleh masyarakat Siberut.
Mereka melakukan transaksi pertukaran kelapa dan hasil hutan dengan
perkakas logam dan kain tenun untuk dibuat pakaian sederhana.
Tahun 1855
Awal Abad XX
Tahun 1980
Sumber:
Agama dan Upacara, halaman 72
Bagaimana komentarmu ten-
tang perkembangan atau
kemajuan daerah di Pulau
Siberut di samping? Mengapa
bisa terjadi demikian? Apakah
faktor yang menyebabkan-
nya? Diskusikan dengan
teman kelasmu.
B. Kota
Kamu tentu sudah sering mendengar berbagai sebutan kota, seperti
kota metropolitan, kota modern, kota satelit, atau kota masa depan.
Dalam sistem administrasi wilayah di Indonesia kamu juga mengenal
istilah kota dan kabupaten. Apa
sih
sebenarnya kota itu? Ketika
mendengar kata kota, pikiran kamu tentu menunjuk suatu kawasan
yang sangat ramai, lalu lintas yang padat, pertokoan yang berderet-
deret, dan fasilitas umum yang tersedia di berbagai tempat.
Terlepas dari segala kemewahan yang ditawarkan, kota
menyimpan sejuta permasalahan. Permasalahan di kota
jauh lebih kompleks jika dibandingkan dengan desa.
Masalah kota yang sering muncul adalah kepadatan
penduduk dan kemacetan lalu lintas. Permukiman sangat
padat dan orang bisa berjam-jam di jalanan karena terjebak
kemacetan. Masalah kota yang lain adalah pencemaran
udara, kriminalitas, lahan permukiman yang sempit, dan
kekumuhan.
Bagaimana sebenarnya kota itu? Kamu dapat mengikuti
pemaparan tentang kota sebagai berikut.
1. Pengertian Kota
Para ahli memberi pengertian tentang kota sesuai dengan sudut
pandang keilmuannya masing-masing. Pengertian kota menurut
beberapa ahli sebagai berikut.
Sumber:
www.wpa.gov
Gambar 6.7
Kemacetan lalu lintas kota.
190
GEOGRAFI Kelas XII
a. Kota sebagai kesatuan jaringan kehidupan manusia yang ditandai
dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan
strata sosial ekonomi yang heterogen serta coraknya materialistis.
Masyarakat kota terdiri atas penduduk asli daerah tersebut dan
pendatang. Masyarakat kota merupakan suatu masyarakat yang
heterogen, baik dalam hal mata pencaharian, agama, adat, dan
kebudayaan. (
Bintarto
)
b. Kota adalah suatu tempat yang penghuninya dapat memenuhi
sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal. Ciri kota
adalah adanya pasar sebagai benteng serta mempunyai sistem
hukum tersendiri dan bersifat kosmopolitan. (
Max Weber
)
c. Kota adalah permukiman yang relatif besar, padat, dan permanen,
dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya.
(
Louis Wirth
)
d. Kota selain merupakan permukiman juga merupakan suatu
kekompleksan yang khusus dan tiap kota menunjukkan pribadinya
masing-masing. (
Arnold Toynbee
)
e. Kota adalah suatu permukiman dengan kepadatan penduduk yang
lebih tinggi daripada kepadatan penduduk nasional, struktur mata
pencaharian nonagraris, dan sistem penggunaan tanah yang
beraneka ragam, serta ditutupi oleh gedung-gedung tinggi yang
lokasinya berdekatan. (
Grunfeld
)
f.
Disebutkan kota adalah pusat permukiman dan kegiatan penduduk
yang mempunyai batasan administrasi yang diatur dalam
perundang-undangan, serta permukiman yang telah memperlihat-
kan watak dan ciri kehidupan perkotaan.
(Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 2 Tahun 1987, pasal 1
)
Apa ciri-ciri yang dimiliki sebuah kota? Menurut Bintarto, ciri-
ciri kota dibedakan menjadi dua sebagai berikut.
a. Ciri-Ciri Fisik
Di wilayah kota terdapat:
1) Sarana perekonomian seperti pasar atau supermarket.
2) Tempat parkir yang memadai.
3) Tempat rekreasi dan olahraga.
4) Alun-alun.
5) Gedung-gedung pemerintahan.
b. Ciri-Ciri Sosial
1) Masyarakatnya heterogen.
2) Bersifat individualistis dan materialistis.
3) Mata pencaharian nonagraris.
4) Corak kehidupannya bersifat
gesselschaft
(hubungan
kekerabatan mulai pudar).
5) Terjadi kesenjangan sosial antara golongan masyarakat kaya
dan masyarakat miskin.
6) Norma-norma agama tidak begitu ketat.
7) Pandangan hidup lebih rasional.
8) Menerapkan strategi keruangan, yaitu pemisahan kompleks
atau kelompok sosial masyarakat secara tegas.
Jika kamu bertempat tinggal
di kota, apakah kondisi yang
ada sesuai dengan ciri-ciri,
seperti definisi di samping?
191
Pola Keruangan Desa dan Kota
2. Klasifikasi Kota
Seperti halnya desa, kota juga memiliki karakteristik yang berbeda-
beda. Untuk membedakannya, kota diklasifikasikan berdasarkan pada
hal-hal sebagai berikut.
a. Berdasarkan jumlah penduduk, kota diklasifikasikan sebagai
berikut.
1)
Megapolitan
, yaitu kota yang berpenduduk di atas 5 juta orang.
2)
Metropolitan
(
kota raya
), yaitu kota yang berpenduduk antara
1–5 juta orang.
3)
Kota besar
, yaitu kota yang berpenduduk antara 500.000–
1 juta orang.
4)
Kota sedang
, yaitu kota yang jumlah penduduknya antara
100.000–500.000 orang.
5)
Kota kecil
, yaitu kota yang berpenduduk antara 20.000–100.000
orang.
b. Berdasarkan tingkat perkembangannya, kota diklasifikasikan
menjadi:
1)
Tingkat Eopolis
, yaitu suatu wilayah yang berkembang menjadi
kota baru.
2)
Tingkat Polis
, yaitu suatu kota yang masih memiliki
sifat agraris.
3)
Tingkat Metropolis
, yaitu kota besar yang
perekonomiannya sudah mengarah ke industri.
4)
Tingkat Megalopolis
, yaitu wilayah perkotaan yang
terdiri atas beberapa kota metropolis yang
berdekatan lokasinya sehingga membentuk jalur
perkotaan yang sangat besar.
5)
Tingkat Tryanopolis
, yaitu kota yang kehidupannya
sudah dipenuhi dengan kerawanan sosial, seperti
kemacetan lalu lintas dan tingkat kriminalitas yang
tinggi.
6)
Tingkat Nekropolis
, yaitu suatu kota yang
berkembang menuju keruntuhan.
c. Berdasarkan fungsinya, kota diklasifikasikan sebagai berikut.
a) Kota pusat produksi, yaitu kota yang memiliki fungsi sebagai
pusat produksi atau pemasok, baik yang berupa bahan mentah,
barang setengah jadi, maupun barang jadi. Contoh: Surabaya,
Gresik, dan Bontang.
b) Kota pusat perdagangan (
Centre of Trade and Commerce
), yaitu
kota yang memiliki fungsi sebagai pusat perdagangan, baik
untuk domestik maupun internasional. Contoh: Hongkong,
Jakarta, dan Singapura.
c) Kota pusat pemerintahan (
Political Capital
), yaitu kota yang
memiliki fungsi sebagai pusat pemerintahan atau sebagai ibu
kota negara.
d) Kota pusat kebudayaan (
Cultural Centre
), yaitu kota yang
memiliki fungsi sebagai pusat kebudayaan. Contoh: Yogyakarta
dan Surakarta.
Berdasarkan tingkat per-
kembangan kota, kota-kota di
Indonesia termasuk pada
tingkat yang mana? Pada
tingkat yang manakah Kota
Jakarta saat ini? Jelaskan!
Sumber:
www.static.flickr.com
Gambar 6.8
Kota kebudayaan Yogyakarta.
192
GEOGRAFI Kelas XII
Sejarah Pertumbuhan Kota di Indonesia
Kota-kota di Indonesia telah berkembang sejak zaman dahulu.
Sebagian besar, kota-kota yang tumbuh dengan cepat adalah kota-kota
yang terletak di dekat pelabuhan. Pemilihan lokasi didasarkan pada potensi-
potensi yang dapat dikembangkan terutama potensi sumber daya alam
dan letak yang strategis.
Berdasarkan sejarah pertumbuhannya, kota-kota di Indonesia bermula
dari kegiatan-kegiatan sebagai berikut.
1. Kota yang berawal dari pusat perdagangan.
Di Indonesia kota-kota
yang berasal dari kegiat-
an perdagangan, antara
lain adalah Surabaya,
Jakarta dan Makassar.
Kota-kota ini merupakan
kota perdagangan yang
ramai.
2. Kota yang berawal dari
pusat perkebunan.
Pembukaan lahan baru
untuk areal perkebunan
berdampak pada pembuatan permukiman baru yang kemudian
berkembang menjadi kota. Contohnya: Sukabumi (perkebunan teh),
Ambarawa (perkebunan kopi), dan Jambi (perkebunan karet).
3. Kota yang berawal dari pusat pertambangan.
Kota-kota di Indonesia yang berkembang dari perluasan daerah
pertambangan, antara lain Pangkal Pinang dan Tanjung Pandan
(pertambangan timah), Palembang dan Plaju (tambang minyak bumi),
Samarinda, Tarakan, Balikpapan (tambang minyak Bumi).
4. Kota yang berawal dari
pusat administrasi pe-
merintah.
Pada zaman penjajahan
Belanda, Batavia me-
rupakan pusat peme-
rintahan Hindia Belanda.
Setelah Indonesia mer-
deka, Kota Batavia
(Jakarta) menjadi pusat
pemerintahan Republik
Indonesia.
Sumber:
Manusia dan Lingkungan 2, halaman 104
Kota perdagangan Surabaya tempo dahulu.
Sumber:
Arsitektur 6, halaman 108
Kota administrasi Batavia.
193
Pola Keruangan Desa dan Kota
C. Struktur Ruang Desa dan Kota
Desa dan kota merupakan dua wilayah yang berbeda. Perbedaan
desa dan kota dapat dilihat dari karakteristik dan struktur atau pola
keruangan wilayahnya. Desa dicirikan dengan kegiatan penduduk yang
dekat dengan pertanian, tingkat kepadatan penduduk yang rendah,
dan ikatan kekeluargaan masyarakatnya yang masih kuat. Masihkah
ciri-ciri tersebut tampak? Kini, seiring kemajuan transportasi dan
komunikasi desa telah mengalami proses urbanisasi. Hubungan desa
dengan kota makin lancar, perekonomian desa dan pendidikan
penduduk desa makin meningkat, serta karakteristik fisik, ekonomi,
dan budaya desa cenderung bersifat kekotaan.
Bagaimana struktur atau pola keruangan desa dan kota? Untuk
mengetahui, mari ikuti pemaparannya sebagai berikut.
1. Struktur Desa
Struktur desa ditunjukkan oleh pola keruangannya, yaitu
pemanfaatan lahan desa untuk keperluan tertentu yang mendukung
kehidupan penduduknya. Secara umum pemanfaatan lahan desa
dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai fungsi sosial dan fungsi ekonomi.
Fungsi sosial sebagai perkampungan dan fungsi ekonomi sebagai
tempat melakukan kegiatan ekonomi, seperti bertani dan beternak.
Struktur desa di suatu daerah dengan daerah lain tidak sama.
Perbedaan struktur desa dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai
berikut.
a. Sumber Daya Air
Ketersediaan air di suatu tempat sangat mendukung
kehidupan penghuninya. Penduduk membutuhkan air
untuk dapat bertahan hidup. Permukiman akan banyak
muncul di tempat yang tersedia sumber air.
b. Kesuburan Tanah
Tingkat kesuburan tanah menentukan hasil panen
pertanian dan peternakan. Pada tanah yang subur cocok
digunakan untuk kegiatan pertanian dan peternakan.
Pada lahan subur banyak dipilih penduduk untuk
membangun permukiman.
c. Topografi
Topografi menentukan pola permukiman desa. Di dataran rendah,
pola permukiman bersifat mengelompok bulat atau memanjang.
Sedang di dataran tinggi atau pegunungan, pola permukiman
bersifat tersebar.
d. Iklim
Keadaan iklim suatu daerah berpengaruh terhadap pola per-
mukiman desa. Curah hujan merupakan unsur iklim yang sangat
memengaruhi ketersediaan air suatu daerah.
Sumber:
Geography Essentials, halaman 252
Gambar 6.9
Sumber air di desa.
194
GEOGRAFI Kelas XII
e. Kegiatan Penduduk
Pola permukiman desa dipengaruhi oleh kegiatan
ekonomi atau mata pencaharian penduduk desa. Misal-
nya, desa yang penduduknya bermata pencaharian
sebagai nelayan akan membangun permukiman dengan
pola memanjang mengikuti garis pantai atau muara
sungai.
f.
Budaya
Kebiasaan, adat istiadat, tradisi, dan kepercayaan yang
berlaku di suatu daerah memengaruhi pola per-
mukimannya. Contoh: pola permukiman desa
memanjang di Pulau Lombok.
Pola keruangan desa umumnya sederhana. Rumah-
rumah di desa biasanya dikelilingi pekarangan. Jarak
antarrumah cukup longgar karena setiap rumah
mempunyai halaman luas. Kenampakan yang terlihat di
desa adalah sawah atau ladang tempat bercocok tanam,
rumah-rumah sederhana, jalan setapak, jalan kampung, dan
pohon-pohon yang rindang. Sawah, ladang, dan balai desa terletak
berjauhan dengan permukiman penduduk.
Desa yang telah berkembang memiliki pola keruangan yang lebih
kompleks. Pada desa yang telah berkembang terdapat perusahaan
pengolah sumber daya alam, sarana pendidikan, tempat ibadah, dan
pasar. Pola keruangan desa yang lebih kompleks ini dipengaruhi oleh
faktor spasial, sumber daya alam, dan sumber daya manusia. Pola
permukiman desa dapat dibedakan menjadi tiga sebagai berikut.
a. Pola Permukiman Tersebar
Pola ini terbentuk dari rumah-rumah penduduk yang dibangun
bebas dan tersebar pada wilayah yang luas. Pola permukiman ini
umumnya terdapat di dataran rendah. Arah pemekaran
permukiman dapat ke segala jurusan. Pusat kegiatan dan fasilitas
dapat dibangun tersebar sesuai dengan kebutuhan.
b. Pola Permukiman Menjalur
Pola ini terbentuk di lokasi sepanjang jalur utama seperti jalan,
sungai, dan pantai. Di daerah pantai yang landai, dapat tumbuh
permukiman menjalur. Penduduk pantai pada umumnya bermata
pencaharian di bidang perikanan, perkebunan kelapa, dan per-
dagangan. Apabila kemudian permukiman desa ini berkembang,
maka rumah-rumah dibangun meluas sejajar garis pantai.
Sumber:
Manusia dan Lingkungan 2, halaman 38
Gambar 6.10
Pola permukiman desa memanjang di
Pulau Lombok.
Sumber:
Earth Our Home 1, halaman 151
Gambar 6.11
Permukiman tersebar
195
Pola Keruangan Desa dan Kota
Permukiman desa yang berkembang ini akhirnya dapat tersambung
dengan permukiman desa di dekatnya. Pusat kegiatan industri kecil
seperti perikanan dan pertanian, dapat tetap bertahan di dekat
permukiman lama.
c. Pola Permukiman Mengelompok
Pola ini terbentuk karena terjadi pengelompokan rumah pada
wilayah terpadu yang biasanya berupa titik pertemuan atau
persimpangan jalur transportasi. Pola permukiman mengelompok
dapat juga berkembang di daerah pegunungan. Penduduk desa di
daerah pegunungan umumnya masih memiliki hubungan
keluarga. Pengelompokan permukiman ini didorong oleh
kegotongroyongan penduduknya. Apabila jumlah penduduk
bertambah dan terjadi pemekaran desa, maka arah pemekaran ke
segala jurusan tanpa direncanakan. Pusat kegiatan penduduk dapat
bergeser mengikuti pemekaran.
Sumber:
Earth Our Home 1, halaman 151
Gambar 6.12
Permukiman menjalur
Sumber:
Earth Our Home 1, halaman 152
Gambar 6.13
Permukiman mengelompok
Bagaimanakah pola per-
mukiman di wilayah tempat
tinggalmu? Mengapa ter-
bentuk pola demikian?
Paul H. Landis, seorang ahli sosiologi perdesaan, membedakan pola
persebaran permukiman desa menjadi empat tipe. Perbedaan pola ini
ditentukan oleh lahan pertanian, pusat kegiatan, permukiman, dan jalan
utama.
1. Tipe desa yang penduduknya
tinggal bersama di suatu daerah
dengan lahan pertanian di
sekitarnya
(The farm village type)
.
Sumber:
Dokumen Penulis
196
GEOGRAFI Kelas XII
2. Tipe desa yang sebagian besar
penduduknya tinggal bersama di
suatu daerah dengan lahan
pertanian di sekitarnya dan
sebagian kecil penduduknya
tersebar di luar permukiman
utama yang telah padat
(The
nebulous farm type)
.
3. Tipe desa yang penduduknya
bermukim di sepanjang jalan
utama desa, sungai, atau pantai.
Lahan pertanian berada di sekitar
permukiman desa dan jarak
antarrumah tidak terlalu jauh
(The
arranged isolated farm type)
.
4. Tipe desa yang penduduknya
tinggal tersebar dan terpisah
dengan lahan pertanian masing-
masing serta mengumpul pada
suatu pusat perdagangan. Tipe ini
biasanya terjadi pada daerah yang
tanahnya memiliki tingkat ke-
suburan tidak sama (
The pure iso-
lated type).
2. Struktur Kota
Kota dapat diartikan sebagai suatu perwujudan geografis yang
ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomi, politis, dan
kultural yang terdapat insitu dalam hubungannya dan pengaruh timbal
balik dengan daerah lain.
Struktur kota dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu struktur ekonomi
kota dan struktur intern kota. Struktur ekonomi kota berkaitan dengan
kegiatan ekonomi penduduk kota, sedang struktur intern kota berkaitan
dengan struktur bangunan dan demografis. Bagaimana struktur kota
menurut kedua aspek tersebut? Mari ikuti pemaparannya.
a. Struktur Ekonomi Kota
Wilayah kota menjadi tempat kegiatan ekonomi penduduknya di
bidang jasa, perdagangan, industri, dan administrasi. Selain itu,
wilayah kota menjadi tempat tinggal dan pusat pemerintahan.
Kegiatan ekonomi kota dapat dibedakan menjadi dua sebagai
berikut.
1) Kegiatan Ekonomi Dasar
Kegiatan ini meliputi pembuatan dan penyaluran barang dan
jasa untuk keperluan luar kota atau dikirim ke daerah sekitar
kota. Produk yang dikirim dan disalurkan berasal dari industri,
perdagangan, hiburan, dan lainnya.
Sumber:
Dokumen Penulis
Sumber:
Dokumen Penulis
Sumber:
Dokumen Penulis
197
Pola Keruangan Desa dan Kota
2) Kegiatan Ekonomi Bukan Dasar
Kegiatan ini meliputi pembuatan dan penyaluran barang dan
jasa untuk keperluan sendiri. Kegiatan ini disebut juga dengan
kegiatan residensial dan kegiatan pelayanan.
Kegiatan ekonomi kota dapat berupa industri dan
kegiatan jasa atau fasilitas yang tidak memerlukan lahan
yang luas. Kegiatan ini menyebabkan kota berpenduduk
padat, jarak bangunan rapat, dan bentuk kota kompak.
Struktur kota dipengaruhi oleh jenis mata
pencaharian penduduknya. Mata pencaharian
penduduk kota bergerak di bidang nonagraris, seperti
perdagangan, perkantoran, industri, dan bidang jasa
lain. Dengan demikian, struktur kota akan mengikuti
fungsi kota. Sebagai contoh, suatu wilayah direncana-
kan sebagai kota industri, maka struktur penduduk kota
akan mengarah atau cenderung ke jenis kegiatan
industri.
Pada kenyataan, jarang sekali suatu kota mem-
punyai fungsi tunggal. Kebanyakan kota juga merangkap
fungsi lain, seperti kota perdagangan, kota pemerintah-
an, atau kota kebudayaan. Contoh: Yogyakarta selain
disebut kota budaya tetapi juga disebut sebagai kota
pendidikan dan kota wisata.
Di daerah kota terdapat banyak kompleks, seperti
apartemen, perumahan pegawai bank, perumahan
tentara, pertokoan, pusat perbelanjaan
(shopping
center)
, pecinan, dan kompleks suku tertentu. Kompleks
tersebut merupakan kelompok-kelompok
(clusters)
yang timbul akibat pemisahan lokasi (segregasi).
Segregasi dapat terbentuk karena perbedaan pekerjaan,
strata sosial, tingkat pendidikan, suku, harga sewa
tanah, dan lainnya. Segregasi tidak akan menimbulkan
masalah apabila ada pengertian dan toleransi antara
pihak-pihak yang bersangkutan. Munculnya segregasi
di kota dapat direncanakan ataupun tidak di-
rencanakan. Kompleks perumahan dan kompleks
pertokoan adalah contoh segregasi yang direncanakan
pemerintah kota.
Bentuk segregasi yang lain adalah perkampungan kumuh/slum
yang sering tumbuh di kota-kota besar seperti Jakarta. Rendahnya
pendapatan menyebabkan tidak adanya kemampuan mendirikan
rumah tinggal sehingga terpaksa tinggal di sembarang tempat.
Kompleks seperti ini biasanya ditempati oleh kaum miskin
perkotaan. Permasalahan seperti ini memerlukan penanganan yang
bijaksana dari pemerintah.
b. Struktur Intern Kota
Pertumbuhan kota-kota di dunia termasuk di Indonesia cukup
pesat. Pertumbuhan suatu kota dapat disebabkan oleh
pertambahan penduduk kota, urbanisasi, dan kemajuan teknologi
yang membantu kehidupan penduduk di kota.
Wilayah kota atau urban bersifat heterogen ditinjau dari aspek
struktur bangunan dan demografis. Susunan, bentuk, ketinggian,
Sumber:
http.//reesearchinc.com
Gambar 6.15
Kompleks apartemen yang tumbuh di kota.
Sumber:
www.newsing.bbc.co.uk
Gambar 6.14
Kegiatan perdagangan kota.
198
GEOGRAFI Kelas XII
fungsi, dan usia bangunan berbeda-beda. Mata
pencaharian, status sosial, suku bangsa, budaya, dan
kepadatan penduduk juga bermacam-macam. Selain
aspek bangunan dan demografis, karakteristik kota
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti topografi,
sejarah, ekonomi, budaya, dan kesempatan usaha.
Karakteristik kota selalu dinamis dalam rentang ruang
dan waktu.
Apabila dilihat sekilas wajah suatu kota, maka akan
banyak susunan yang tidak beraturan. Akan tetapi,
apabila diamati dengan cermat maka akan dijumpai
bentuk dan susunan khas yang mirip dengan kota-kota
lain. Misalnya, kota A berbentuk persegi empat, kota B
berbentuk persegi panjang, dan kota C berbentuk bulat.
Begitu juga dalam susunan bangunan kota terjadi
pengelompokan berdasarkan tata guna lahan kota. Jadi,
suatu kota memiliki bentuk dan susunan yang khas.
Apabila kamu mengamati kota berdasarkan peta
penggunaan lahan, maka kamu akan mendapatkan
berbagai jenis zona, seperti zona perkantoran,
perumahan, pusat pemerintahan, pertokoan, industri,
dan perdagangan. Zona-zona tersebut menempati
daerah kota, baik di bagian pusat, tengah, dan
pinggirannya. Zona perkantoran, pusat pemerintahan,
dan pertokoan menempati kota bagian pusat atau
tengah. Zona perumahan elite cenderung memiliki
lokasi di pinggiran kota. Sedang zona perumahan
karyawan dan buruh umumnya berdekatan dengan
jalan penghubung ke pabrik atau perusahaan tempat
mereka bekerja.
Para geograf dan sosiolog telah melakukan penelitian berkaitan
dengan persebaran zona-zona suatu kota. Penelitian itu bertujuan
untuk mengetahui perkembangan dan persebaran spasial kota.
Beberapa teori tentang struktur kota dapat kamu ikuti pemaparan-
nya sebagai berikut.
1) Teori Konsentris (Concentric Theory)
Teori konsentris dari Ernest W. Burgess, seorang sosiolog
beraliran
human ecology
, merupakan hasil penelitian Kota
Chicago pada tahun 1923. Menurut pengamatan Burgess, Kota
Chicago ternyata telah berkembang sedemikian rupa dan
menunjukkan pola penggunaan lahan yang konsentris yang
mencerminkan penggunaan lahan yang berbeda-beda. Burgess
berpendapat bahwa kota-kota mengalami perkembangan atau
pemekaran dimulai dari pusatnya, kemudian seiring
pertambahan penduduk kota meluas ke daerah pinggiran atau
menjauhi pusat. Zona-zona baru yang timbul berbentuk
konsentris dengan struktur bergelang atau melingkar.
Berdasarkan teori konsentris, wilayah kota dibagi menjadi lima
zona sebagai berikut.
"
716
,H
(.,=,,-0
0,00,,-0
0, ,,-0
,
,
Sumber:
Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya, halaman 80
Gambar 6.16
Kota Yogyakarta (awal abad XX) berbentuk
persegi empat.
199
Pola Keruangan Desa dan Kota
Sumber:
Dokumen Penulis
Gambar 6.17
Struktur kota menurut
teori konsentris.
Keterangan:
Zona 1 : Daerah Pusat Kegiatan (DPK) atau
Central Business District
(CBD).
Zona 2 : Per
alihan, (zona perdagangan
beralih ke permukiman).
Zona 3 : Permukiman k
elas pekerja atau
buruh.
Zona 4 : Permukiman kelas menengah.
Zona 5 : Penglaju, (zona permukiman beralih
ke zona pertanian).
Teori Burgess sesuai dengan keadaan negara-negara Barat
(Eropa) yang telah maju penduduknya. Teori ini mensyaratkan
kondisi topografi lokal yang memudahkan rute transportasi
dan komunikasi.
2) Teori Sektoral (Sector Theory)
Teori sektoral dikemukakan oleh Hommer
Hoyt. Teori ini muncul berdasarkan penelitiannya
pada tahun 1930-an. Hoyt berkesimpulan bahwa
proses pertumbuhan kota lebih berdasarkan sektor-
sektor daripada sistem gelang atau melingkar
sebagaimana yang dikemukakan dalam teori
Burgess. Hoyt juga meneliti Kota Chicago untuk
mendalami Daerah Pusat Kegiatan (
Central
Business District
) yang terletak di pusat kota. Ia
berpendapat bahwa pengelompokan penggunaan
lahan kota menjulur seperti irisan kue tar.
Mengapa struktur kota menurut teori sektoral
dapat terbentuk? Para geograf menghubungkannya
dengan kondisi geografis kota dan rute transportasi-
nya. Pada daerah datar memungkinkan pembuatan
jalan, rel kereta api, dan kanal yang murah,
sehingga penggunaan lahan tertentu, misalnya
perindustrian meluas secara memanjang. Kota yang
berlereng menyebabkan pembangunan perumahan
cenderung meluas sesuai bujuran lereng.
Keterangan:
Zona 1 : Daerah Pusat Kegiatan (DPK)
atau
Central Business District
(CBD)
Zona 2 : Daerah grosir dan manufaktur.
Zona 3 : Permukiman kelas rendah.
Zona 4 : Permukiman kelas menengah.
Zona 5 : Permukiman kelas atas.
3) Teori Inti Ganda (Multiple Nucleus Theory)
Teori ini dikemukakan oleh Harris dan Ullman pada tahun
1945. Kedua geograf ini berpendapat, meskipun pola
konsentris dan sektoral terdapat dalam wilayah kota,
kenyataannya lebih kompleks dari apa yang dikemukakan
dalam teori Burgess dan Hoyt.
Sumber:
Dokumen Penulis
Gambar 6.19
Struktur kota menurut
teori sektoral.
Sumber:
www.mishell.image.pbase.com
Gambar 6.18
Daerah Pusat Kegiatan
(
Central Business
District
).
200
GEOGRAFI Kelas XII
Keterangan:
Zona 1: Daerah Pusat Kegiatan (DPK)
atau
Central Business District
(CBD)
Zona 2: Daerah grosir dan manufaktur.
Zona 3: Daerah permukiman kelas
rendah.
Zona 4: Permukiman kelas menengah.
Zona 5: Permukiman kelas tinggi.
Zona 6: Daerah manufaktur berat.
Zona 7: Daerah di luar PDK.
Zona 8: Permukiman
suburban
.
Zona 9: Daerah industri
suburban
.
Pertumbuhan kota yang berawal dari suatu pusat menjadi
bentuk yang kompleks. Bentuk yang kompleks ini disebabkan
oleh munculnya nukleus-nukleus baru yang berfungsi sebagai
kutub pertumbuhan. Nukleus-nukleus baru akan berkembang
sesuai dengan penggunaan lahannya yang fungsional dan
membentuk struktur kota yang memiliki sel-sel pertumbuhan.
Nukleus kota dapat berupa kampus perguruan tinggi, bandar
udara, kompleks industri, pelabuhan laut, dan terminal bus.
Keuntungan ekonomi menjadi dasar pertimbangan dalam
penggunaan lahan secara mengelompok sehingga berbentuk
nukleus. Misalnya, kompleks industri mencari lokasi yang
berdekatan dengan sarana transportasi. Perumahan baru
mencari lokasi yang berdekatan dengan pusat perbelanjaan
dan tempat pendidikan.
Harris dan Ullman berpendapat bahwa karakteristik
persebaran penggunaan lahan ditentukan oleh faktor-faktor
yang unik seperti situs kota dan sejarahnya yang khas, sehingga
tidak ada urut-urutan yang teratur dari zona-zona kota seperti
pada teori konsentris dan sektoral. Teori dari Burgess dan Hoyt
dianggap hanya menunjukkan contoh-contoh dari
kenampakan nyata suatu kota.
4) Teori Konsektoral (Tipe Eropa)
Teori konsektoral tipe Eropa dikemukakan oleh
Peter Mann
pada tahun 1965 dengan mengambil lokasi penelitian di
Inggris. Teori ini mencoba menggabungkan teori konsentris
dan sektoral, namun penekanan konsentris lebih ditonjolkan.
Sumber:
Dokumen Penulis
Gambar 6.20
Struktur kota menurut
teori inti ganda.
Sumber:
Dokumen Penulis
Gambar 6.21
Struktur kota menurut teori konsektoral (tipe Eropa).
Keterangan:
Zona 1 : Pusat kota (
city centre
).
Zona 2 : Zona peralihan
Zona 3 : Sektor C dan D: zona rumah kecil.
Sektor B: zona rumah-rumah lebih besar.
Sektor A: zona rumah-rumah tua yang besar.
Zona 4 : Permukiman dan perkembangannya ke pinggiran.
Zona 5 : Desa-desa yang dihuni para penglaju:
A. Sektor kelas menengah.
B. Sektor kelas menengah ke bawah.
C. Sektor kelas pekerja.
D. Sektor industri dan pekerja kelas terbawah.
201
Pola Keruangan Desa dan Kota
Sumber:
Dokumen Penulis
Gambar 6.24
Struktur kota menurut teori
historis.
Sumber:
Dokumen Penulis
Gambar 6.22
Struktur kota menurut
teori konsektoral (tipe
Amerika Latin).
5) Teori Konsektoral (Tipe Amerika Latin)
Teori konsektoral tipe Amerika Latin dikemukakan oleh
Ernest
Griffin
dan
Larry Ford
pada tahun 1980 berdasarkan
penelitian di Amerika Latin. Teori ini dapat digambarkan
sebagai berikut.
Keterangan:
Zona 1 : Daerah Pusat Kegiatan (DPK) atau
Central Business District
(CBD).
Zona 2 : Daerah perdagangan atau industri.
Zona 3 : Sektor permukiman kelas elite.
Zona 4 : Permukiman y
ang lanjut perkem-
bangannya (
zone of maturity
).
Zona 5 :
Daerah berkembang secara
setempat (
zone of insitu accretion
).
Zona 6 : Permukiman liar (
zone of peripheral
squatter settlements
).
6) Teori Poros
Teori poros dikemukakan oleh
Babcock
(1932), yang
menekankan pada peranan transportasi dalam memengaruhi
struktur keruangan kota. Teori poros ditunjukkan pada gambar
sebagai berikut.
Keterangan:
Zona 1 : Daerah Pusat Kegiatan
(DPK) atau
Central
Business District
(CBD).
Zona 2 : Zona peralihan
Zona 3 : Perum
ahan dengan
pendapatan rendah
atau kelas menengah
ke bawah.
Zona 4 : Perum
ahan dengan
pendapatan menengah.
==== : J
alan utama
------ : Rel kereta api.
7) Teori Historis
Dalam teori historis,
Alonso
mendasarkan analisisnya pada
kenyataan historis yang berkaitan dengan perubahan tempat
tinggal penduduk di dalam kota. Teori historis dari Alonso
dapat digambarkan sebagai berikut.
Keterangan:
Zona 1 : Daerah Pusat Kegiatan
(DPK) atau
Central
Business District
(CBD).
Zona 2 : Daerah peralihan (
zone
of transition
).
Zona 3 :
Daerah kelas rendah
(
zone of low status
).
Zona 4 :
Daerah kelas me-
nengah (
zone of middle
status
).
Zona 5 :
Daerah kelas tinggi
(
zone of high status
).
Sumber:
Dokumen Penulis
Gambar 6.23
Struktur kota menurut teori poros.
202
GEOGRAFI Kelas XII
Dari model gambar di depan menunjukkan bahwa dengan
meningkatnya standar hidup masyarakat yang semula tinggal
di dekat CBD disertai penurunan kualitas lingkungan,
mendorong penduduk untuk pindah ke daerah pinggiran (a).
Perbaikan daerah CBD menjadi menarik karena dekat dengan
pusat segala fasilitas kota (b). Program perbaikan yang semula
hanya difokuskan di zona 1 dan 2, melebar ke zona 3 yang
menarik para pendatang baru khususnya dari zona 2 (c).
D. Interaksi Wilayah Desa dan Kota
Wilayah desa dan wilayah kota tidak statis. Artinya, kedua wilayah
ini mengalami perkembangan dan saling berinteraksi. Interaksi desa
dan kota dipengaruhi oleh banyak faktor. Interaksi desa dan kota
membentuk zona interaksi. Bagaimanakah bentuk zona interaksi desa
dan kota? Apakah faktor yang menyebabkan interaksi wilayah desa
dan kota? Apakah pengaruh interaksi tersebut? Coba ikuti
pemaparannya sebagai berikut.
1.
Faktor yang Memengaruhi Interaksi Wilayah
Desa dan Kota
Kontak atau hubungan dua wilayah atau lebih dapat menghasilkan
kenampakan baru. Interaksi desa dan kota dapat dilihat sebagai proses
sosial, proses ekonomi, proses budaya, dan proses politik yang dapat
memberi pengaruh bagi kedua wilayah. Interaksi merupakan suatu
proses yang sifatnya timbal balik dan mempunyai pengaruh terhadap
perilaku dari pihak-pihak yang bersangkutan dengan kontak langsung
melalui berita yang didengar atau media massa.
Menurut Ullman, ada tiga unsur yang memengaruhi interaksi
keruangan, yaitu:
a. Adanya Komplementaritas (saling melengkapi)
Suatu daerah tidak dapat mencukupi kebutuhannya sendiri
sehingga memerlukan interaksi dengan daerah lain. Adanya
permintaan dan penawaran suatu komoditas akan mendorong
terciptanya hubungan saling melengkapi berbagai kebutuhan dari
kelompok manusia maupun daerah yang berbeda.
b. Adanya Transferabilitas
Proses perpindahan manusia dan barang memerlukan biaya dan
waktu. Jika transferabilitas mudah, maka arus komoditas akan
semakin besar.
c. Adanya
Intervening Opportunity
Peristiwa-peristiwa yang tidak terduga, seperti bencana alam,
wabah penyakit, dan peristiwa lainnya dapat mengganggu gerak
migrasi, transportasi, dan komunikasi. Hal itu menyebabkan
manusia harus mengubah rencana awalnya dan mengganti dengan
rencana baru.
Interaksi antara wilayah desa dan kota dapat terjadi karena
berbagai faktor. Misalnya, peningkatan pengetahuan penduduk desa,
perluasan jaringan jalan antara desa dan kota, pengaruh budaya kota
terhadap desa, dan kebutuhan timbal balik antara desa dan kota. Faktor-
faktor tersebut memacu interaksi desa-kota secara bertahap dan efektif.
Coba amati perkembangan
kota di wilayah tempat tinggal-
mu. Manakah teori struktur
kota yang sesuai dengan
keadaan kota di wilayah
tempat tinggalmu? Mengapa
demikian?
Berilah contoh interaksi sosial,
ekonomi, budaya, dan politik
antara wilayah desa dan kota.
Jelaskan secara singkat!
203
Pola Keruangan Desa dan Kota
Kemajuan bidang transportasi menyebabkan keter-
tutupan desa berangsur-angsur berkurang. Kehidupan kota
telah memberi banyak pengaruh terhadap desa-desa di
pinggiran kota. Salah satu pengaruhnya adalah persentase
penduduk desa yang bertani berkurang dan beralih
pekerjaan pada bidang nonagraris. Wilayah desa yang
terletak di pinggiran kota dikenal dengan ”
rural urban
areas
”.
Peningkatan pembangunan sarana dan prasarana trans-
portasi dapat mengurangi perpindahan penduduk desa ke
kota. Penduduk desa dapat bekerja di kota dengan meng-
gunakan angkutan umum atau kendaraan pribadi tanpa
harus menetap di kota. Mereka sebagai penglaju yang be-
kerja di kota dan kembali ke desa setiap hari.
Di bidang pendidikan, gedung-gedung sekolah dibangun di desa-
desa yang terletak jauh dari kota. Para guru dapat datang dari kota
kecamatan, kabupaten, dan kota besar untuk mengajar.
Perdagangan hasil pertanian dan kerajinan antardesa-kota dapat
berjalan lancar. Penduduk kota dapat membeli sayur-sayuran dan
buah-buahan yang masih segar dari desa. Pasar-pasar kecil
bermunculan di wilayah pinggiran kota (
rural-urban
). Wilayah
pinggiran kota makin lama berkembang dan berubah fungsi, yaitu desa
dagang (
trade/merchandesing village
). Hasil-hasil bumi dari desa dan
hasil industri dari kota diperdagangkan di daerah
rural-urban
ini.
Jumlah penduduk dan jaringan lalu lintas yang bertambah di daerah
ini mempercepat pembentukan kota kecil baru. Jadi, perkembangan
desa tidak hanya tergantung pada petani desa, tetapi dapat juga
tergantung pada suatu lokasi yang menguntungkan.
2. Zona Interaksi
Interaksi desa-kota telah memberi pengaruh pada kedua wilayah.
Bahkan, interaksi tersebut memunculkan kota kecil baru di perbatasan
wilayah desa-kota. Zona-zona interaksi desa-kota digambarkan seperti
di samping.
Inti kota (
city
) terletak di pusat atau tengah-tengah. Kota dikelilingi
oleh zona suburban (
faubourgh
), yaitu daerah yang berlokasi di dekat
pusat atau inti kota dan merupakan daerah penglaju atau subdaerah
perkotaan (
commuters
).
Zona urban
fringe
adalah daerah batas luar kota yang mempunyai
sifat-sifat mirip kota, kecuali inti kota. Zona ini merupakan jalur tepi
daerah perkotaan paling luar.
Zona
rural-urban fringe
adalah zona antara daerah kota dan desa
yang ditandai dengan penggunaan lahan campuran. Zona ini
merupakan jalur batas desa-kota.
Zona interaksi yang digambarkan sebagai daerah yang membentuk
jalur-jalur linier yang teratur di atas merupakan gambaran yang ideal.
Pada kenyataannya, zona tersebut tidak lagi bersifat konsentris
meskipun unsur-unsurnya masih dapat diamati. Interaksi antarzona
dapat terjadi, baik dari zona-zona yang berdekatan maupun yang
berjauhan. Zona suburban, suburban fringe, urban fringe, dan rural
urban fringe merupakan daerah yang memiliki suasana kehidupan
Sumber:
Tempo, 21 –27 Agustus 2000
Gambar 6.25
Sarana transportasi angkutan umum
meningkatkan interaksi wilayah desa dan
kota.
Sumber:
Dokumen Penulis
Gambar 6.26
Zona interaksi desa-kota.
Keterangan:
1.
City
:kota
2. Suburban
: Subdaerah
perkotaan.
3. Suburban Fringe : J
alur tepi sub-
daerah perko-
taan.
4. Urban Fringe
: J
alur tepi daerah
perkotaan paling
luar.
5. Rural urban fringe : jalur batas desa
kota.
6. Rural
: perdesaan
204
GEOGRAFI Kelas XII
kota sehingga dapat disebut daerah perkotaan. Daerah Pusat Kegiatan
(DPK) atau
Central Business Districts
(CBD) biasanya dikelilingi zona-
zona sebagai berikut.
a. Lokasi Pertokoan dan Perdagangan
Di daerah perkotaan, setiap toko, agen, dan kantor
penjualan menempati sepanjang jalan-jalan utama
untuk mendekati konsumen. Dengan alasan ini, maka
berbagai kegiatan jasa akan memilih lokasi di dekat atau
di dalam Daerah Pusat Kegiatan (
Central Business Dis-
trict
) atau selaput inti kota. Lokasi ini dapat berada di
sepanjang jalan utama di sekitar terminal bus atau
stasiun kereta api.
Pertokoan dapat dibedakan menurut barang-barang
yang dijual. Perbedaan jenis dan macam barang yang dijual
berpengaruh terhadap lokasi dan luas bangunannya. Toko atau
tempat belanja yang menjual barang-barang keperluan sehari-hari,
seperti sabun, rokok, sampo, pasta gigi, dan obat-obatan cenderung
memiliki lokasi agak di luar dari pusat daerah kegiatan serta
mendekati permukiman. Toko yang menjual barang-barang mewah
lebih suka memilih lokasi dekat inti kota karena faktor keamanan.
Lokasi yang dipilih juga mempertimbangkan calon pembeli yang
berasal dari golongan elite atau kaya. Jadi, pertokoan yang
dibangun di kota dapat dibedakan menjadi
Primary Shopping
Centers
dan
Secondary Shopping Centers
.
Pada masa kini, muncul banyak toko-toko dengan
tipe ”
supermarket
”. Toko jenis ini lebih suka memilih
lokasi di zona selaput inti kota karena harga tanah yang
lebih murah dibanding harga tanah di zona inti kota,
dan juga alasan persaingan yang ketat di zona inti kota.
Strategi supermarket dalam menyaring konsumen
adalah dengan menyediakan segala kebutuhan
penduduk di sekitarnya.
Antara Daerah Pusat Kegiatan (DPK),
Secondary
Shopping Centers
, dan supermarket tidak saling men-
jatuhkan. Bagaimana dapat terjadi? DPK dilengkapi
berbagai fasilitas, seperti fasilitas rekreasi, permainan,
dan gedung bioskop. Selain itu, toko-toko di pusat
kegiatan memberikan pelayanan lebih dari satu macam, misalnya
selain menjual barang juga membuka usaha rumah makan atau
agen travel.
Perkembangan dari DPK memunculkan kegiatan di bidang
finansial, pertokoan, rekreasi, dan lain-lain di zona tepi inti kota
yang disebut ”
subclusters of services
”. Selain itu muncul dan
berkembang juga
Secondary Business Centers
di sepanjang jalur-
jalur utama. Munculnya pusat kegiatan tersebut dapat mengabur-
kan teori-teori zona yang sudah ada.
Perdagangan sayur-sayuran dan buah-buahan tidak
memerlukan lokasi di dalam inti kota. Para pedagang lebih suka
memilih lokasi di tepi kota yang mempunyai daerah terbuka dan
luas. Lokasi yang cocok biasanya berdekatan dengan terminal truk
dan kereta api serta pelabuhan laut.
Sumber:
Arsitektur 6, halaman 121
Gambar 6.27
Daerah pusat kegiatan berdekatan dengan
stasiun kereta api.
Apa yang dimaksud dengan
Primary Shopping Centers
dan
Secondary Shopping
Centers
?
Sumber:
Dokumen Penulis
Gambar 6.28
Supermarket
205
Pola Keruangan Desa dan Kota
b. Lokasi Pabrik
Penentuan lokasi pabrik di kota besar lebih mem-
pertimbangkan faktor biaya daripada faktor konsumen.
Lokasi pabrik banyak ditentukan oleh pengeluaran
biaya yang minimal dari bahan mentah, bahan bakar,
air, listrik, modal, dan pengangkutan, serta lahan. Lahan
dibutuhkan untuk mendirikan bangunan pabrik,
gudang, kantor, dan sisa hasil produksi (
disposal of
waste
).
Lokasi pabrik dapat dijumpai pada tiga zona
sebagai berikut.
1) Zona pinggiran kota (
periphery
).
2) Zona di dekat daerah perdagangan (
trade districts
).
3) Zona di sepanjang jalur lalu lintas angkutan berat (
heavy freight
traffic
).
Pembangunan industri besar sering memerlukan beberapa
lokasi (
multiple locations
). Kantor untuk pegawai dan keperluan
administrasi berlokasi di dalam kota. Gudang tempat penyimpanan
produk berlokasi di pinggir kota atau tepi laut untuk
mempermudah pengiriman produk ke luar daerah. Kadang-kadang
industri besar memerlukan bangunan laboratorium yang
ditempatkan pada lokasi tertentu. Jadi, suatu industri belum tentu
hanya memiliki satu kompleks, tetapi beberapa kompleks.
Kenyataan ini memperlemah kedudukan teori zona konsentris.
c. Lokasi Permukiman
Lokasi permukiman tidak hanya mengelompok pada satu tempat,
tetapi menyebar di beberapa tempat di daerah perkotaan.
Penyebaran lokasi permukiman menurut Burgess (1929)
dipengaruhi oleh faktor saingan (
competition
), hak
milik pribadi (
private ownership
), perbedaan keinginan
(
differential desirability
), topografi, transportasi, dan
struktur asal (
inertia of earlier structure
).
1) Saingan
Antara penduduk kota satu dengan lainnya saling
bersaing untuk mendapat tempat tinggal yang
sesuai dengan keinginannya. Keinginan ini
dipengaruhi oleh tingkat ekonomi masing-masing.
Faktor ekonomi perorangan menjadi penentu
keteraturan kompleks perumahan.
2) Hak Milik Pribadi
Lahan yang sudah dimiliki perseorangan umumnya digunakan
untuk membangun rumah. Lahan perseorangan tidak mudah
diminta pihak lain. Terlebih apabila lahan itu letaknya
strategis. Kepemilikan lahan perseorangan dapat mempersulit
perencanaan zonasi kota.
3) Perbedaan Keinginan
Penilaian warga kota terhadap lokasi perumahan satu dengan
yang lain tidak sama. Penilaian ini berkaitan dengan keinginan
pribadi, prestise, masalah sosial, dan lainnya.
4) Topografi
Topografi berpengaruh secara langsung atau tidak langsung
terhadap pembangunan perumahan. Misalnya, lahan dengan
Sumber:
www.agrindo.com
Gambar 6.29
Lokasi pabrik di pinggiran kota.
Sumber:
Kompas, 4 Juni 2004
Gambar 6.30
Permukiman di kota.
206
GEOGRAFI Kelas XII
Sumber:
Dokumen Penulis
Gambar 6.32
Interaksi wilayah pertumbuhan model hukum gravitasi.
kemiringan yang tajam kurang diminati dibanding lahan yang
datar; lahan yang berada di ketinggian tertentu dengan
pemandangan alam yang indah menjadi daya tarik untuk
dijadikan permukiman. Lahan bertopografi kasar dan tidak
subur memiliki nilai jual yang rendah dan kurang diminati
untuk perumahan.
5) Transportasi
Transportasi memengaruhi waktu dan biaya
perjalanan dari satu tempat ke tempat lain. Lokasi
dan perkembangan permukiman sangat berkaitan
dengan prasarana dan sarana transportasi.
Permukiman akan cepat berkembang di lokasi yang
dilalui atau berdekatan dengan rute transportasi.
6) Struktur Asal
Kota yang memiliki bangunan-bangunan historis
bernilai budaya tinggi sering mempersulit dalam
pengaturan permukiman masa kini. Biasanya,
struktur asal ingin tetap dipertahankan sebagai
monumen bersejarah.
3.
Menghitung Kekuatan Interaksi antara Dua
Wilayah
Interaksi wilayah merupakan hal yang penting dilakukan karena setiap
wilayah tidak dapat mencukupi kebutuhannya sendiri. Untuk
mengetahui seberapa besar kekuatan interaksi antara dua wilayah
dapat dilakukan secara kuantitatif dengan rumus-rumus di bawah ini.
a. Rumus Carrothers
Menurut teori ini, kekuatan hubungan ekonomis antara dua
tempat, berbanding lurus dengan besarnya penduduk dan
berbanding terbalik dengan jarak antaranya. Jadi, makin banyak
jumlah penduduk di dua tempat, makin besarlah interaksi
ekonominya, tetapi makin jauh jarak antaranya makin kecillah
interaksinya.
Rumus
I
=
Sumber:
Profil Propinsi Republik Indonesia (Bengkulu), halaman
276
Gambar 6.31
Jalan sebagai prasarana transportasi
mempercepat perkembangan per-
mukiman.
Keterangan:
I : Interaksi
P
1
: Jumlah penduduk salah satu dari dua kota.
P
2
: Jumlah penduduk dari kota yang lain.
J : Jarak antara dua kota.
Misalnya: ada tiga buah kota, A berpenduduk 15.000 jiwa, B
(10.000 jiwa), dan C (20.000 jiwa) seperti di bawah ini. Di situ
lokasi B ada di tengah, jaraknya dari A 30 km dan dari C 50 km.
Bagaimana menghitung besarnya interaksi ekonomi antara A dan
B dibandingkan B dan C?
207
Pola Keruangan Desa dan Kota
Berdasar rumus Carrothers, dapat dihitung interaksi antara kota
A, B, dan C.
Interaksi antara kota A dan kota B.
I
AB
=
30
10.000
15.000
u
=
30
0
150.000.00
=5.000.000
Interaksi antara kota B dan kota C
I
BC
=
50
20.000
10.000
u
=
50
0
200.000.00
= 4.000.000
Dari perhitungan di atas, terlihat bahwa interaksi antara A dan B
lebih besar dari interaksi antara B dan C. Untuk membuktikan
interaksi AB lebih kuat daripada C, juga dapat dilihat dari jumlah
penumpang kendaraan, angkutan barang, arus transportasi, dan
jenis interaksi lain.
b. Hukum Gravitasi
Dasar interaksi desa-kota adalah hukum gravitasi dari Issac
Newton, seorang ahli ilmu fisika.
Sir Issac Newton
(1687)
mengatakan bahwa dua buah benda atau materi memiliki gaya
tarik-menarik yang kekuatannya berbanding lurus dengan hasil
kali kedua massa tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat
jarak benda tersebut.
Hukum gravitasi Newton dapat diterapkan dalam studi
geografi pemasaran dan studi transportasi. Selain itu, juga
digunakan dalam studi perpindahan penduduk, masalah memilih
lokasi, dan masalah interaksi. Jika hukum gravitasi Newton
digunakan untuk menghitung besarnya interaksi antara wilayah
pertumbuhan A dan B, maka rumusnya menjadi:
I
A.B
=
Keterangan:
I
A.B
: interaksi wilayah pertumbuhan A dan B.
P
A
: jumlah penduduk wilayah pertumbuhan A.
P
B
: jumlah penduduk wilayah pertumbuhan B.
D
A.B
: jarak antara wilayah pertumbuhan A dan kota B.
Contoh soal:
Hitunglah interaksi antara A, B, dan C, bila diketahui:
Jumlah penduduk wilayah pertumbuhan A = 300.000 jiwa.
Jumlah penduduk wilayah pertumbuhan B = 20.000 jiwa.
Jumlah penduduk wilayah pertumbuhan C = 10.000 jiwa.
Jarak antara wilayah pertumbuhan A dengan wilayah
pertumbuhan B = 5 km maka,
I
A.B
=
2
)5(
000
.
20
000
.
300
u
=
25
000
.
000
.
000
.6
= 240.000.000.
Jika di dekat wilayah pertumbuhan A ada desa lain, yaitu
wilayah pertumbuhan C dengan jumlah penduduk 10.000 jiwa
dan jaraknya dengan A = 10 km, maka:
I
A.C
=
2
)
10
(
000
.
10
000
.
300
u
=
100
000
.
000
.
000
.3
= 30.000.000.
Jadi, interaksi antara wilayah pertumbuhan A dengan wilayah
pertumbuhan B dan wilayah pertumbuhan C dapat ditulis dengan
angka sederhana, yaitu 24 berbanding 3 atau 8 berbanding 1. Jika
digambarkan sebagai berikut.
208
GEOGRAFI Kelas XII
Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa interaksi A
dengan B lebih besar daripada interaksi antara A dengan C. Berarti
pengaruh A terhadap B lebih besar daripada pengaruh A terhadap
C.
4. Dampak Interaksi Desa-Kota
Dalam geografi dibahas interaksi spasial yang menyangkut kota
dan desa. Menurut Ullman interaksi spasial mencakup gerak dari
barang, penumpang, migran, uang, dan informasi. Perkembangan
bidang transportasi dan pembangunan jalur-jalur jalan baru telah
meningkatkan interaksi desa-kota. Peningkatan interaksi juga
disebabkan perkembangan di bidang pendidikan, budaya, teknologi,
dan ekonomi penduduk. Akibat interaksi ini akan berpengaruh
terhadap wilayah satu dengan wilayah yang lain. Dampak apakah yang
timbul dari interaksi desa dan kota? Interaksi desa-kota dapat
menimbulkan dampak positif dan negatif bagi desa dan kota.
a. Dampak Interaksi bagi Desa
Interaksi antara dua atau lebih daerah yang berbeda akan
berpengaruh pada masing-masing wilayah sehingga akan memicu
terjadinya perubahan. Seberapa besar perubahan yang terjadi
tergantung dari jarak, jumlah penduduk, dan berbagai faktor
pendukung lainnya seperti sarana transportasi, komunikasi, listrik,
dan lain sebagainya. Dampak positif bagi desa akibat adanya
interaksi desa dan kota sebagai berikut.
1) Pengetahuan penduduk desa menjadi meningkat karena
banyak sekolah dibangun di desa. Demikian pula informasi
perkembangan dunia dan ilmu pengetahuan yang diterima
penduduk kota dengan mudah menyebar ke desa. Misalnya,
pengetahuan tentang bibit unggul, pengawetan kesuburan
tanah, dan pengolahan hasil panen.
2) Jumlah guru dan sekolah yang banyak terdapat di
desa memungkinkan menjadi penggerak kemajuan
penduduk desa melalui pendidikan. Angka buta
huruf penduduk desa semakin berkurang.
3) Perluasan jalur jalan desa-kota dan peningkatan
jumlah kendaraan bermotor telah menjangkau
daerah perdesaan sehingga hubungan desa-kota
semakin terbuka. Hasil panen dari desa menjadi
mudah diangkut ke kota. Kelangkaan bahan pangan
di kota dapat dihindari karena suplai bahan pangan
mudah dilakukan.
4) Produktivitas desa makin meningkat dengan
hadirnya teknologi tepat guna. Kehadiran teknologi
tepat guna akan meningkatkan kesejahteraan penduduk desa.
Sumber:
Dokumen Penulis
Gambar 6.33
Interaksi wilayah model hukum gravitasi.
Lihatlah lingkungan sekeliling-
mu, temukan bentuk interaksi
antarwilayah beserta dam-
paknya bagi wilayah tempat
tinggalmu!
Sumber:
www.yayasanhak.minihub.org
Gambar 6.34
Pemerataan pendidikan mendorong
kemajuan desa.
209
Pola Keruangan Desa dan Kota
5) Pelestarian lingkungan hidup perdesaan , seperti pencegahan
erosi dan banjir, penyediaan air bersih, serta pengaturan
pengairan dapat dilakukan dengan hadirnya para ahli dari ber-
bagai disiplin ilmu.
6) Peningkatan kegiatan wiraswasta yang menghasilkan produk
berkualitas, seperti kerajinan tangan, industri rumah tangga,
teknik perhubungan dan perbengkelan, serta
peternakan dapat dilakukan karena pemerintah
turun tangan.
7) Pengetahuan tentang kependudukan bisa sampai
ke masyarakat desa yang umumnya memiliki
banyak anggota keluarga. Kesadaran memiliki
keluarga kecil telah diterima oleh masyarakat desa.
8) Koperasi dan organisasi sosial yang berkembang
di perdesaan telah memberi manfaat dalam
peningkatan kesejahteraan penduduk dan
pembangunan desa.
Sedangkan dampak negatif bagi desa akibat adanya
interaksi desa dan kota sebagai berikut.
1) Modernisasi kota telah melunturkan orientasi
pertanian yang menjadi pokok kehidupan mereka.
Misalnya, budaya kontes kecantikan, peragaan
busana, dan foto model.
2) Siaran televisi yang dapat ditangkap di pelosok
desa dapat meningkatkan konsumerisme dan
kriminalitas. Penduduk desa dengan mudah
meniru iklan dan tindak kejahatan dalam film atau
sinetron yang ditayangkan televisi.
3) Pengurangan tenaga produktif bidang pertanian di
desa, karena banyak tenaga muda yang lebih
tertarik bekerja di kota. Mereka beranggapan di kota
banyak kesempatan kerja dengan upah yang tinggi.
Akibatnya, di desa hanya tinggal orang tua dan
anak-anak yang tidak produktif.
4) Perubahan tata guna lahan di perdesaan akibat perluasan
wilayah kota dan banyak orang kota membeli lahan di wilayah
perbatasan desa-kota. Tindakan orang kota ini menyebabkan
lahan di perbatasan desa-kota berubah menjadi permukiman
atau bangunan lain.
5) Tata cara dan kebiasaan yang menjadi budaya kota masuk ke
pelosok desa dan cenderung mengubah budaya desa. Banyak
kebudayaan kota yang tidak sesuai dengan kebudayaan atau
tradisi desa, sehingga sering menimbulkan masalah dalam
kehidupan masyarakat desa.
6) Ketersediaan bahan pangan yang berkurang, peningkatan
pengangguran, dan pencemaran lingkungan menjadi masalah
penting akibat interaksi desa-kota.
Sumber:
Kompas, 18 Mei 2005
Gambar 6.35
Kegiatan wiraswasta.
Sumber:
Swasembada 02/XIV/22
Gambar 6.36
Peragaan busana adalah bentuk moderni-
sasi kota.
Sebutkan beberapa teknologi
tepat guna yang dapat
diterapkan di perdesaan .
Jelaskan manfaatnya bagi
pembangunan desa!
210
GEOGRAFI Kelas XII
Interaksi antarwilayah desa dan kota mengakibatkan perubahan. Apakah
perubahan yang terjadi di wilayah tempat tinggalmu? Coba ingat kembali
keadaan wilayah tempat tinggalmu beberapa tahun lalu, mungkin 5, 7,
atau 10 tahun. Bandingkan dengan keadaan sekarang.
Contoh:
Setelah mengingat-ingat kembali keadaan beberapa tahun yang lalu
dengan keadaan sekarang, lakukan langkah sebagai berikut.
1. Catat perubahan yang terjadi di wilayahmu selama rentang waktu
tertentu.
2. Kelompokkan ke dalam lima jenis perubahan, yaitu:
a. Perubahan penggunaan lahan.
b. Perubahan sosial.
c. Perubahan ekonomi.
d. Perubahan budaya.
e. Perubahan kualitas lingkungan.
Khusus perubahan penggunaan lahan dapat kamu ketahui
perubahannya secara jelas dengan membandingkan dua peta peng-
gunaan lahannya pada tahun yang berbeda.
3. Sebut dan jelaskan dampak positif dan negatif dari perubahan yang
terjadi.
4. Menurut pendapatmu, bagaimana menekan atau mencegah dampak
negatif perubahan wilayah itu?
5. Diskusikan dengan teman kelasmu, kemudian buatlah resume.
Sumber:
Kompas, 14 Mei 2005
Keadaan Pasar Senen dahulu, Jakarta
Keadaan Pasar Senen sekarang, Jakarta
b. Dampak Interaksi bagi Kota
Urbanisasi merupakan salah satu bentuk dari interaksi desa-
kota. Menurut Hope Tisdale Eldrige (1956), pengertian urbanisasi
adalah proses perpindahan penduduk ke kota atau daerah
permukiman padat. Istilah urbanisasi juga digunakan untuk
mendeskripsikan perubahan kelompok sosial yang terjadi sebagai
akibat konsentrasi manusia. Urbanisasi dapat juga berarti proses
perubahan daerah desa menjadi daerah kota. Pengertian urbanisasi
tersebut menunjukkan bahwa penduduk desa lebih mengenal kota.
Banyak penduduk desa meninggalkan daerahnya dan pindah ke
kota terdekat. Sebagian dari mereka bekerja di kota, tetapi
bertempat tinggal di desa.
Dampak positif bagi kota akibat adanya interaksi desa dan kota
sebagai berikut.
Menurutmu,
apakah urbani-
sasi perlu dicegah? Berikan
alasanmu!
211
Pola Keruangan Desa dan Kota
1) Tercukupinya kebutuhan bahan pangan bagi penduduk
perkotaan yang sebagian besar berasal dari daerah perdesaan
, seperti sayuran, buah-buahan, beras, dan lain sebagainya.
2) Jumlah tenaga kerja di perkotaan melimpah karena banyaknya
penduduk dari desa yang pergi ke kota.
3) Produk-produk yang dihasilkan di daerah perkotaan dapat
dipasarkan sampai ke pelosok desa sehingga keuntungan yang
diperoleh lebih besar.
Sedangkan dampak negatif bagi kota akibat adanya interaksi
desa dan kota sebagai berikut.
1) Jumlah penduduk desa yang pergi ke kota tanpa keahlian
menimbulkan permasalahan bagi daerah perkotaan, yaitu
semakin meningkatnya jumlah pengangguran dan penduduk
miskin.
2) Penduduk dengan pendapatan rendah kesulitan mencukupi
kebutuhan hidupnya seperti sandang, pangan, papan,
kesehatan, pendidikan, hiburan, dan lain sebagainya.
3) Nilai lahan di perkotaan yang mahal, memaksa
warga menggunakan lahan atau tempat yang tidak
layak untuk permukiman, misalnya di bantaran
sungai, pinggiran rel kereta api, kuburan, dan
kolong jembatan. Umumnya permukiman yang
terbentuk adalah permukiman kumuh. Menurut
para geograf, wilayah perkampungan kumuh
memiliki empat ciri khas, yaitu tidak tersedia air
bersih untuk minum, tidak ada saluran pem-
buangan air, penumpukan sampah dan kotoran,
serta akses ke luar perkampungan yang sulit.
4) Terjadi degradasi kualitas lingkungan.
Peningkatan jumlah penduduk kota yang pesat
mendorong pembangunan rumah-rumah di wilayah kota. Per-
mukiman baru muncul di kota-kota seperti Jakarta, Bandung,
Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan, Balikpapan, dan
Makassar. Pertumbuhan permukiman yang cepat di perkotaan
berpengaruh terhadap penurunan atau degradasi kualitas
lingkungan.
Degradasi kualitas lingkungan dapat terjadi pada
lingkungan fisik dan sosial. Degradasi kualitas
lingkungan fisik dapat disebabkan oleh pencemaran.
Bentuk pencemaran lingkungan fisik misalnya
pencemaran air, udara, dan suara.
a) Pencemaran Air
Pencemaran air dapat menjadi masalah kota
karena sifat air yang mengalir dan dibutuhkan
semua penduduk kota. Penduduk kota
mengambil air dari air permukaan dan air
tanah (sumur). Sumber pencemaran air, antara
lain sampah rumah tangga, air bekas pencucian
(detergen), limbah cair industri, dan sampah hasil
metabolisme tubuh (tinja dan air kencing).
Sumber:
www.ccneurope.org.uk
Gambar 6.37
Lingkungan permukiman kumuh.
Sumber:
Kompas, 4 Juni 2005
Gambar 6.38
Permukiman kumuh tepi kali.
212
GEOGRAFI Kelas XII
b) Pencemaran Udara
Pencemaran udara dapat meliputi wilayah yang luas.
Pencemaran ini ditimbulkan oleh pembakaran sampah,
gas buang dari kendaraan bermotor, dan asap pabrik.
c) Pencemaran Suara
Suara yang ditimbulkan dari kegiatan pembangunan
wilayah kota dapat mengganggu atau merusak
pendengaran. Suara yang melebihi 75 desibel dapat
mengganggu saraf dan konsentrasi kerja. Suara yang
mencapai 145 desibel dan terus-menerus didengar akan
menimbulkan rasa sakit. Suara sepeda motor pada
umumnya antara 45–120 desibel. Pencemaran suara dapat
berasal dari klakson kendaraan bermotor, mesin-mesin
pabrik, dan alat-alat berat.
Jenis pencemaran yang dapat digolongkan sebagai
degradasi kualitas lingkungan sosial sebagai berikut.
a) Kepadatan lalu lintas kendaraan yang banyak dimiliki
penduduk kota dapat menimbulkan perasaan jengkel dan
kesal pemakai jalan akibat kemacetan.
b) Semakin berkembangnya sikap hidup materialistis dan
individualistis.
c) Tumpukan sampah yang terdapat di banyak tempat,
terutama dekat permukiman, mengganggu kesehatan dan
keindahan lingkungan.
d) Rumah dan bangunan kota yang telantar atau tidak terawat
mengganggu pemandangan di sekitarnya.
Penggunaan lahan (
land use
) di wilayah perkotaan berbeda dengan
di wilayah perdesaan. Di wilayah perkotaan, lahan digunakan untuk
perumahan dan industri. Sedang di wilayah perdesaan , lahan digunakan
untuk lahan pertanian dan hutan. Di negara-negara maju secara ekonomi
(
More Economical Developed Countries
) terdapat dua model penggunaan
lahan yang diterapkan untuk wilayah perkotaan.
Apakah yang dimaksud model penggunaan lahan? Ada dua model
yang diterapkan di wilayah perkotaan di negara-negara maju secara eko-
nomi. Model apa sajakah itu? Bagaimanakah zona penggunaan lahan
perkotaan di negara Inggris serta ciri-cirinya? Kamu akan segera tahu
apabila kamu mengakses situs internet
www.geography.learnontheinter-
net.co.uk
. Di situ penggunaan lahan perkotaan dipaparkan secara singkat
tetapi jelas serta disertai gambar.
Proses perkembangan wilayah kota dan perubahan struktur tata
guna lahannya dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu gaya sentrifugal dan
gaya sentripetal kota. Gaya sentrifugal mendorong penduduk dan
kegiatannya bergerak ke luar. Dorongan ini menyebabkan dispersi
kegiatan penduduk serta relokasi sektor-sektor dan zona-zona kota.
Sedang gaya sentripetal sebaliknya, mendorong penduduk dan
kegiatannya menuju pusat sehingga terjadi konsentrasi di pusat.
Apakah yang mendorong gerak sentrifugal kota? Gerak sentrifugal
kota disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut.
213
Pola Keruangan Desa dan Kota
a. Terjadi gangguan keadaan kota yang berkali-kali, seperti kemacetan
lalu lintas, polusi udara, polusi air, dan kebisingan. Gangguan ini
menjadikan penduduk kota tidak nyaman tinggal dan bekerja di
kota.
b. Industri modern di kota membutuhkan lahan yang luas dan relatif
kosong. Wilayah pinggiran kota dimungkinkan terdapat lahan yang
tidak padat penduduknya dan luas, sehingga lalu lintas kendaraan
lancar dan memudahkan parkir mobil.
c. Sewa tanah di pinggiran kota jauh lebih murah dibanding dengan
di tengah kota.
d. Perluasan industri lebih dimungkinkan di wilayah luar kota,
karena lahan kosong masih tersedia dan dengan biaya lebih murah
dibanding lahan di tengah kota.
e. Pembangunan rumah yang luas, sehat, dan mengikuti model
mutakhir dapat dilakukan di luar kota.
f.
Kecenderungan penduduk kota untuk bermukim di luar kota yang
masih alami.
Adapun gerak sentripetal kota disebabkan oleh beberapa hal
sebagai berikut.
a. Lokasi strategis untuk industri terletak dekat pelabuhan atau
persimpangan jalan utama. Lokasi strategis umumnya berada di
wilayah tengah kota.
b. Lokasi untuk kegiatan bisnis dan perusahaan cenderung memilih
dekat dengan stasiun kereta api atau terminal bus di tengah kota.
c. Tempat-tempat praktik para ahli, seperti dokter, apoteker, notaris,
pengacara, dan pedagang pengecer saling berdekatan.
d. Pemusatan pertokoan yang menjual berbagai jenis barang, seperti
toko tekstil, toko sepatu dan tas, toko perhiasan, toko buku, toko
pakaian, swalayan, serta toko elektronik dalam satu kompleks di
tengah kota. Kompleks tersebut kemudian menjadi pusat
perbelanjaan. Contoh: Braga (Bandung), Malioboro (Yogyakarta),
Pasar Baru (Jakarta), dan Tunjungan (Surabaya).
e. Pengelompokan gedung-gedung yang sejenis, misalnya
perkantoran, perumahan flat (apartemen), dan pertokoan
memengaruhi penurunan pajak sewa dan harga tanah.
f.
Tempat berolahraga, hiburan, dan seni budaya yang dapat
dikunjungi sewaktu-waktu menyebabkan warga memilih
bertempat tinggal di dekatnya.
g. Pertimbangan jarak antara tempat tinggal dan tempat bekerja yang
berdekatan merupakan alasan warga tinggal di tengah kota.
Urbanisasi disebabkan oleh
faktor dari desa (faktor pen-
dorong) dan faktor dari kota
(faktor penarik). Sebutkan
faktor-faktor tersebut dan
manakah yang dominan
menjadi penyebab urbanisasi
di kota dekat tempat tinggal-
mu!
Mendeteksi Masalah Pembangunan di Kotamu
Dalam proses pembangunan kota, setiap kota menghadapi permasalahan
yang berbeda-beda. Permasalahan tersebut meliputi bidang sosial,
perumahan, ekonomi, keamanan, dan lain sebagainya. Carilah informasi
aktual tentang permasalahan yang dihadapi kota tempat tinggalmu. Informasi
tersebut dapat kalian peroleh dari media elektronik, koran, majalah, akses
internet, atau wawancara langsung dengan aparat pemerintah. Setelah itu,
buatlah rencana untuk mengatasi permasalahan tersebut. Diskusikan
hasilnya dengan teman-temanmu dengan bimbingan Bapak/Ibu Guru.
214
GEOGRAFI Kelas XII
Setelah memahami materi pada bab ini, salin dan isilah rangkuman berikut
ini dalam buku catatanmu!
A. Desa
1. Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 bab 1 pasal 1,
pengertian desa adalah . . . .
2. Klasifikasi desa yang didasarkan pada perkembangan
masyarakat adalah:
a. . . . .
b. . . . .
c. . . . .
d. . . . .
3. Menurut Bintarto, desa memiliki tiga unsur utama, yaitu:
a. . . . .
b. . . . .
c. . . . .
4. Potensi desa dibedakan menjadi . . . yaitu . . . dan . . . .
B. Kota
1. Pengertian kota menurut Max Weber adalah . . . .
2. Klasifikasi kota berdasarkan jumlah penduduk adalah:
a. Megapolitan, yaitu . . . .
b. . . . .
c. . . . .
d. . . . .
e. . . . .
C. Struktur Desa dan Kota
1. Faktor-faktor yang memengaruhi struktur desa adalah . . ., . . ., . .
., . . ., . . ., dan . . . .
2. Pola permukiman desa, secara umum dapat dibedakan menjadi
tiga, yaitu:
a. . . . .
b . . . .
c. . . . .
3. Struktur kota ditinjau dari dua aspek, yaitu:
a. Struktur ekonomi kota.
• . . . .
• . . . .
b. Struktur intern kota.
4. Teori-teori yang menjelaskan struktur kota adalah:
a. . . . .
b. . . . .
c. . . . .
d. . . . .
e. . . . .
f. . . . .
g. . . . .
D. Interaksi Wilayah Desa dan Kota
1. Menurut Ullman, ada tiga unsur yang memengaruhi interaksi
keruangan yaitu . . ., . . ., dan . . . .
2. Daerah Pusat Kegiatan atau
Central Business District
(CBD)
biasanya dikelilingi oleh zona-zona . . . .
215
Pola Keruangan Desa dan Kota
a. . . . .
b. . . . .
c. . . . .
3. Permukiman kumuh memiliki ciri khas sebagai berikut.
a. . . . .
b. . . . .
c. . . . .
d. . . . .
4. Proses perkembangan wilayah kota dipengaruhi oleh dua gaya,
yaitu . . . dan . . . .
A.
Jawablah pertanyaan dengan tepat!
1. Sebutkan potensi-potensi yang ada di desa!
2. Jelaskan struktur kota berdasarkan teori konsentris!
3. Jelaskan perbedaan struktur desa dan kota!
4. Secara umum, pola permukiman desa dapat dibedakan
menjadi berapa macam? Sebut dan jelaskan masing-masing
pola permukiman tersebut!
5. Ullman menyebutkan ada tiga unsur utama yang
memengaruhi interaksi keruangan, sebut dan jelaskan!
6. Apakah yang kamu ketahui mengenai
Central Business District
(CBD)?
7. Mengapa desa memiliki fungsi yang penting bagi daerah
perkotaan?
8. Sebutkan dampak positif bagi desa akibat adanya interaksi
desa-kota!
9. Sebutkan dampak negatif bagi kita akibat adanya interaksi
desa-kota!
10. Apakah yang dimaksud dengan gaya sentrifugal dan gaya
sentripetal?
B.
Belajar dari masalah.
Coba perhatikan peta-peta berikut!
Yogyakarta, 1790
-
-
( =,
Yogyakarta, 1824
-
216
GEOGRAFI Kelas XII
Peta-peta itu menunjukkan urutan
perkembangan Kota Yogyakarta.
Berdasarkan peta-peta itu, coba
analisislah perkembangan Kota
Yogyakarta bersama teman kelasmu.
1. Manakah teori perkembangan
kota yang paling sesuai dengan
Kota Yogyakarta? Berikan
alasanmu!
2. Ke arah manakah perkembang-
an Kota Yogyakarta? Mengapa
demikian? Jelaskan!
3. Tunjukkan kira-kira daerah
yang menjadi pusat bisnis atau
Daerah Pusat Kegiatan atau
Cen-
tral Business District
(CBD) Kota
Yogyakarta dengan berpedoman
pada karakteristik CBD yang
kamu ketahui.
4. Faktor apakah yang memengaruhi perkembangan Kota
Yogyakarta saat ini? Jelaskan!
5. Apakah masalah lingkungan yang dihadapi Kota Yogyakarta
saat ini? Carilah informasi dari berbagai sumber. Menurutmu,
bagaimana cara mengatasinya?
C.
Tugas.
Guna meraih kompetensi dasar berupa menganalisis pola
persebaran, spasial, hubungan, serta interaksi spasial desa dan
kota, lakukanlah tugas di bawah ini!
Amatilah peta di bawah ini!
Peta di atas menunjukkan kota X dan beberapa desa di sebuah
daerah pinggiran di negara tropis.
Selanjutnya, analisislah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!
1. Mengapa kota X berkembang menjadi permukiman yang
terbesar di area tersebut?
2. Faktor apakah yang menyebabkan berkembangnya
permukiman-permukiman kecil pada area tersebut?
3. Bagaimanakah interaksi antara kota X dengan beberapa desa
yang ada di daerah tersebut?
Sumber:
Interaksi Desa-kota dan
Permasalahannya, halaman 80
Yogyakarta, awal abad XX
"
716
4. . -
,0,0
0,
C
0
+- ,